BTemplates.com

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 06 Agustus 2017

Waktu - Contoh Cerpen Singkat Terbaru

WAKTU
Oleh : Rahma Ajining Ratri


“Dia menjadi dimensi yang melahirkan dan menguburkan. Dia menjadi saksi yang terang antara pertemuan dan perpisahan. Tetapi, dia akan sangat lapang dengan air mata dan ketulusan. Dan ku sebut dia adalah WAKTU”

            Namaku Laila. Aku terlahir dari keluarga yang bisa dibilang berkecukupan. Setelah kepergian kedua orang tuaku, aku hanya memiliki satu orang kakak perempuan namanya Lela. Tapi aku juga kurang mengerti, memiliki seorang kakak adalah anugrah atau bencana bagi ku. Karena setiap muka ini berpasasan dengan dia, bukan hal yang asing lagi untuk ku, jika selalu diikuti oleh percecokan mulut yang ku rasa tiada berujung. Pikiran ku rancu dan batinku seperti terpenjara, karena harus menghabiskan tenaga untuk bertengkar dengan dia. Dia selalu sibuk dengan dunia kerjanya, sampai- sampai tak ada waktu luang untuk ku bisa tertawa lepas dengan dia seperti dulu ketika ayah dan ibu belum kembali pada sang Waktu. Dan akhirnya tanpa sepengetahuan kak Lela aku kabur dari rumah tepat di malam ulang tahunnya . Ku putuskan untuk bermalam  di salah satu rumah teman ku, namanya Lisa. Dengan menaiki bus kota aku menuju rumah Lisa.
            “Bangun mbak  sudah sampai”, kata seorang kondektur bus.
            Mata ku terasa seperti ditempel permen karet, sulit untuk ku buka. Kantuk di malam itu  membuat laku langkah ku tertatih menuju rumah Lisa.
           "Assalamualaikum, Lisa ini aku Laila!”, sembari aku mengetuk pintu rumah Lisa. Setelah menunggu sekitar dua menit gagang pintu rumah Lisa bergerak, dan keluarlah dia sambil membawa guling berwarna ungu. “Oh ternyata kamu. Kamu  bertengkar lagi dengan kakak mu?”, tanya Lisa dengan mengerutkan dahinya. Aku hanya mengangguk. “Hem..sudah ku duga, kamu ini kalau ada masalah dengan kakak mu terasa rumah ku seperti tempat penampungan anak.”, kata Lisa. “Lisa jadi kamu gak suka aku sementara tinggal disini?”, sahut ku. “Hei..aku bercanda. Jangan dibuat serius. Ya sudah sepertinya malam ini mau turun hujan, masuk yuk”, ajak Lisa seraya menggandeng tangan ku. Malam ini pun kelopak mata ku enggan menutup kedua buah matanya yang semakin menciut. Udara dingin yang dibawa oleh sang hujan membuat tubuhku terasa kaku membeku. Ku lihat jam dinding menunjukan angka 02:34 WIB, aku teringat dengan kakak ku. Apakah aku seorang adik yang jahat, kabur dari rumah tepat di malam ulang tahun kakaknya. Aku tengok  Lisa dan ternyata dia sudah terlelap dalam dunia mimpinya.
            “Wow..makan pagi nya sudah siap. Kamu bangun pukul berapa La?”, tanya Lisa yang baru bangun dari tidurnya.
 “Semalam, aku tak bisa tidur. Aku teringat dengan kakak ku. Menurut mu apa aku ini adik yang sangat keterlaluan ya?”, tanya ku. 
“Menurut ku...menurutku..”, Kata Lisa dengan terbata-bata.
 “Iya? Bicara saja aku gak akan marah kok.”, sahut ku. 
“Menurutku..aku tidak tahu. Hahaha ya sudahlah ayo kita makan. Aku sudah laper banget nih dari kemarin  aku belum makan.”, jawab Lisa. 
“Ihh..kamu ini. Aku serius tau.” Jawab ku seraya memanyunkan bibirku.
 “Laila itu ada telepon dari kakak mu. Angkatlah dia pasti khawatir akan tentang mu.”, ucap Lisa. “Baiklah...mungkin dia ingin meminta maaf pada ku. Sebentar ku tinggal dulu ya.”, jawab ku.
           
Aku menuju depan rumah Lisa untuk mengangkat telepon dari kakak ku. 
“Halo..Laila. Apa kamu baik-baik saja? Aku yakin kamu pasti di rumah Lisa ya kan ? Maaf kan kakak, mungkin kakak bukan kakak yang  terbaik bagi kamu. Tapi sungguh, hanya kamu lah harta berharga kakak sekarang. Hanya Laila yang kakak punya saat ini. Kakak tidak ingin kehilangan kamu. Kakak mohon kembalilah ke rumah. Kakak merindukan kamu sayang..”, kata kakak ku dengan suara yang terkepung dengan air mata kerinduan, namun dia mencoba menahannya. 
“Jika aku adalah harta berharga kakak, kenapa waktu kakak hanya tersita dengan pekerjaan. Yang ada dipikiran kakak adalah kerja dan uang, bukan aku! Apakah jika aku pulang nanti dapat mengembalikan waktu kita yang hilang karena pekerjaan kakak? Gak kan?”, jawab ku dengan nada  yang tinggi.
 “Laila..kakak mohon kembalilah sayang. Kakak minta maaf. Kakak kerja mencari uang juga untuk Laila.”, ucap kakak ku dan seketika air matanya pun pecah dengan suara yang gemetaran. “Hah..sudahlah kak. Muak aku mendengar semua omongan kakak!”, jawab ku. 
Kata dari mulut ku itu mengakhiri perbincangan aku dengan kakak ku.
            Kaki kecil ini mengajak aku menuju kamar Lisa, mulut ku berbisik jika ia sudah tak nafsu makan.
            “La..kamu mau kemana ? Mari sarapan, kamu juga butuh nutrisi.”, kata Lisa.
 “Nanti saja Sa. Aku mau ke kamar dulu.”, jawab ku.

“Dear Diary..
Waktu.. dimana kau sembunyi? Dimana kau yang sudah menikam seluruh rasa suka ku? Waktu.. kembalikan kisah damai ku seperti dulu. Kisah ku yang diselimuti kehangatan oleh peluk cium ayah- Ibu ku. Waktu adalah permainan. Kau tarik dan ulur hati ku hingga ia mati mengartikan makna ketulusan. Sudahlah, aku lelah dengan segala permainan mu. “

            Tak terasa sudah lima hari aku berada di rumah Lisa. Dan ku putuskan hari ini aku kembali ke rumah. Emosi yang membbakar hatiku perlahan larut akan bisikan lembut Lisa yang menyuruhku untuk kembali ke rumah.
            “Laila. Akhirnya kamu pulang sayang. Kakak rindu kamu. Maaf kan kakak sayang.”, kata kak Lela. Dia memeluk ku dengan sangat erat.
 “Aku juga minta maaf kak, atas sikap ku yang keterlaluan.”, kata ku dengan menahan air mata penyesalan. 
“Iya sayang. Oh iya malam ini kakak mau ngajak kamu dinner di kafe seperti biasa. Kamu  bisa kan? ”, tanya kak Lela. 
“O.K kak.”, jawab ku. 
“Baik sayang. Usai kakak kerja kakak akan menjemput Laila.”, kata kak Lela.
            Malam pun datang bersama bulan sabit yang bersinar terang. Tapi waktu sudah menunjukan pukul 20:00 WIB, kak Lela juga belum datang. Dia berjanji padaku pukul 19:30 WIB dia akan menjemputku di rumah untuk makan malam merayakan kepulanganku. Beberapa kali jari tangan ini mengetik pesan singkat untuk kak Lela tapi tidak ada balasan satu pun. Nomornya tak bisa aku hubungi. Aku semakin kesal. Apa ini lelucon? Aku sangat benci menunggu. Jarum jam terus bergerak, ketika ia menunjukkan pukul 20:30 WIB kak Lela menelepon ku.
 “Laila sayang maaf kakak baru bisa menghubungi mu. Malam ini Kak Lela ada rapat mendadak masalah proyek yang baru kakak jalankan. Kamu jangan kesal ya sama kakak. Jangan khawatir makan malamnya jadi kok. Sekarang kakak akan menjemput Laila.”, kata kak Lela. 
“ Aku kecewa dengan kak Lela. Aku kira dengan kembalinya aku ke rumah, bakal bisa mengembalikan waktu kita. Jangan hubungin aku lagi kak. Aku capek harus cecok dengan kakak karena masalah yang sama.”. sahut ku seketika menutup telepon dengan kakak.
            Waktu menunjukan pukul 20:45 WIB tapi kak Lela juga belum datang. Aku menjadi risau. Jangan-jangan sesuatu terjadi dengan kak Lela. Ah..sudahlah ku mencoba menepis segala kemungkinan buruk yang berkecamuk di dalam hatiku. Tiba-tiba handphone ku berdering, dan ternyata kak Lusi yang menelpon ku. Kak Lusi adalah partner kerja kakak ku.
            “Laila ini kamu? Cepat kamu ke rumah sakit sekarang. Kakak mu sedang kritis saat ini.”, kata Lusi. 
Aku terkejut mendengarnya, mulutku terasa terkunci rapat hingga tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Aku langsung menuju rumah sakit dengan mengendarai motor ku.
            “Kak Lusi, apa yang terjadi dengan Kakak? Apa kakak mengalami kecelakaan? ”, kata ku dengan nafas yang tak beraturan.
 “Masuklah Laila. Kau akan tahu nanti.”, jawab Kak Lusi.
 Aku semakin penasaran, jangan-jangan sesuatu yang buruk terjadi pada kak Lela. Jujur meski pun aku sering marah kepada dia, tapi aku sangat sayang pada  kak Lela. Aku gak mau kehilangan dia. Karena dia lah satu-satunya keluarga yang aku punya. Ketika aku membuka pintu, semakin terkejutlah aku. Karena di dalam kamar tak ku temui kak Lela. Hanya ada kasur yang tertata rapi. Aku mencoba keluar dan ingin menanyakan kepada kak Lusi apa maksud dari semua ini. Apakah ini lelucon? Ketika aku hendak keluar tiba-tiba lampu kamar rumah sakit tersebut padam. Gendang telingaku tiba-tiba dikejutkan dengan  nyanyian
 “Happy birthday to You... Happy birthday to You.. Happy birthday to You.. ”. 
Suara itu tak asing di telingaku dan ternyata itu adalah suara nyanyian kak Lela.
 “Selamat ulang tahun  Laila. Maaf kakak memberi kan mu kejutan dengan cara seperti ini. Karena kakak pikir dengan cara seperti ini kamu bisa datang menemui kakak.”, kata kakak ku. Tiba-tiba kaki ku terasa geli seperti ada kucing yang mengelus-elus kaki ku. Brukkkk.....aku jatuh dari sofa dan ternyata itu hanyalah mimpi. Aku ketiduran menuggu kak Lela pulang dari kantornya.
 “Apa jadi itu semua hanya mimpi?”, kata ku dalam hati.









            

Sabtu, 11 Februari 2017